Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah dapat kesempatan untuk ikut akademi siroh, yang mana saya tau ini adalah salah satu lembaga yang didirikan oleh ust. Budi Ashari. Walaupun agak terlambat mengetahuinya karena ternyata yang sebelumnya dibahas adalah tentang istri, yang saya pun masih belum maksimal disana.
Seperti yang disampaikan oleh ust. Maman Surahman, bahwa apabila peran istri belum sempurna, maka kemungkinan besar peran ibu pun tidak sempurna, ya Allah, memang berat ya, ketika dulu saat sedang menanti jodoh, yang saya persiapkan hanyalah proses perjodohan itu sendiri supaya masih dalam Koridor islam, kemudian bagaimana mencari jodoh yang sekufu, bagaimana memasak, dll.
Ternyata ketika menikah, banyaak sekali yang belum dipelajari, terutama menjadi seorang Ibu. Ibu, memiliki peran yang penting dalam peradaban. Ibu adalah rahim peradaban Islam.
Ibu, dialah yang hamil, melahirkan dan menyusui, anak-anak yang nantinya akan menjadi pemimpin-pemimpin islam, maka dari itu, ibu yang baik akan menghasilkan anak anak yang baik pula dan begitu pula sebaliknya.
Ibu, digambarkan dalam Qur'an sebagai sosok yang banyak sekali rasa kasih sayangnya kepada anaknya. Allah memang sudah install dalam diri seorang ibu, rasa kasih sayang tersebut. Lihatlah bagaimana Ibu Musa ketika menghanyutkan Musa kecil, maka dalam Al Qur'an, disebutkan hatinya kosong, jiwanya kosong, yang dipikirkan hanyalah Musa, sampai2 andai ia bisa berteriak, itu anakku.
Sampai titik ini, saya pun merasa, memang besar sekali kasih sayang ibu, ketika hamil, dia akan memakan makanan yang baik, dielus perutnya, ketika melahirkan, perjuangan nya paripurna, tidak ada ibu yang tidak berjuang ketika melahirkan, pun ketika menyusui, rela bergadang demi menyusui buah hatinya.
Senang sekali apabila melihat anaknya bertumbuh besar, dapat mengucapkan kalimat, dsb. Namun, mengapa rasa kasih sayang itu agaknya berkurang, ketika mendapati mereka 'berulah'? Ya Allah, padahal Ibu pula yang menginginkan anak tersebut, lihatlah bagaimana Ibu Musa akan kehilangan anaknya, lihatlah tidak semua wanita dikaruniai anak oleh Allah. Astaghfirullah
Kemudian ustadz juga menjelaskan, bagaimana agar anak-anak menjadi tokoh peradaban adalah dimulai dari memilih kan ibu, kemudian berdoa ketika berhubungan, kemudian ketika mengandung, banyak dibacakan ayat-ayat Al Qur'an, ketika menyusui, menyusui yang 2 tahun itu bukan hanya memberi susu, namun itulah saatnya mentransfer keimanan.
Berbeda, seorang Ibu yang rajin qiyamul lail dengan yang tidak, akan terasa pancaran keimanan dan tersalurkan kepada sang anak, astaghfirullah, lagi-lagi saya harus banyak mengoreksi diri, yaa bagaimana ingin anak yang sholih/ah apabila tidak dimulai dari ibunya.
Ustadz juga menjelaskan, pada masa menyusui 2 tahun itu, adalah masa-masa kedekatan anak dengan ibunya, disitulah masa yang luar biasa berpengaruh terhadap kelak akan kah anak menjadi patuh dan taat kepada orang tuanya. Yaa Allah, mampukan kami, mampukan kami.
Materi hari kedua dibawakan oleh Ust. Arkaan, beliau berkisah tentang perjuangan Bunda Hajar dari awal hingga hijrah ke Mekkah. Hajar adalah orang mesir, budak hadiah dari Raja mesir untuk Sarrah, istri Nabi Ibrahim, singkat cerita Hajar dinikahi oleh Nabi Ibrahim dan akhirnya mempunyai anak yaitu Ismail.
Karena kecemburuan Sarrah, akhirnya nabi Ibrahim memisahkan Hajar dengan Sarrah dan membawanya berjalan dari Palestina, hingga Allah pilihkan suatu lembah yang tandus tidak ada air, pepohonan, namun karena keimanan Sarrah, dia yakin Allah tidak akan menyia-nyiakan mereka disana.
Pun Nabi Ibrahim berdo'a ketika itu, mengucapkan
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim [14] : 37).
Ditengah bukit yang tandus, Nabi Ibrahim berdo'a kepada Allah akan buah-buahan. Bagaimana bisa? Yaa itulah yang dinamakan iman, kita bisa berdo'a apaaa saja yang kita inginkan dan jangan menggunakan ukuran manusia, tapi gunakanlah ukuran Allah, Allah bisa mengabulkan apa saja yang manusia pikir tidak mungkin.
Dikisahkan pula Hajar yang berlari mencari air dari bukit Safa ke bukit Marwah. Namun setelah 7 kali bolak balik, ternyata Allah menghadiahkan air zamzam didekat Ismail.
Kemudian setelah beberapa tahun lamanya Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail, ternyata itulah saat Ibrahim meminta pendapat Ismail tentang mimpinya menyembelih Ismail, kemudian Ismail menjawab dengan, 'yaa abati, wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar"
Bayangkan bertahun-tahun Ismail tidak melihat ayahnya, namun ketika datang perintah Allah, maka sami'na wa'athona, inilah pendidikan iman oleh Hajar sehingga, Ismail menjadi orang yang beriman, Ismail juga memperlakukan ayahnya dengan memanggilnya yaa abati, wahai ayahku. Padahal layaknya seseorang yang ditinggalkan, pasti ada rasa kesal, marah, namun ini tidak terjadi.
Beberapa ibrah dari kisah Hajar ini,
1. Bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang beriman
2. Berdo'a dan meminta apa saja kepada Allah, bahkan hal yang kiranya tidak mungkin sekalipun, namun jika Allah menghendaki maka akan terjadi
3. Tugas utama seorang istri adalah taat pada suami
4. Tetap mendukung dan mensupport suami walau dalam keadaan sulit sekalipun
5. Dari kisah sa'i, kita bisa mengambil ibroh bahwa hasil adalah hak prerogratif Allah, tugas kita hanya memaksimalkan ikhtiar
6. Peran terbaik dan karir terbaik adalah seorang ibu, lihatlah bagaimana Hajar mendidik Ismail sehingga kuat imannya. Pun menjadi orang tua sholeh adalah salah satu kunci keshalihah generasi
7. Hendaknya seorang ibu, bagaimana pun sang ayah, ceritakanlah yang baik baik saja kepada anak, sehingga anak melihat ayahnya menjadi sosok teladan