Untukmu Sang Calon Orangtua

Bismillah

 
Assalamu'alaykum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Untuk orang tua dan calon orangtua.
Berikut cerita yang saya sadur dari FB Fahd Pahdepie
Semoga bisa memetik hikmah dari cerita tersebut.

------------------------------------------------------------------------


KISAH SEORANG ANAK YANG MENGGIGIT LIDAH AYAHNYA SENDIRI

*Kisah ini saya dapatkan dari salah satu guru saya. Saya merasa perlu menuliskan ulang kisah ini dan meneruskannya kepada teman-teman semua, terutama para orangtua atau calon orangtua. Mudah-mudahan bermanfaat.*

Syahdan, seorang pemuda yang akan dihukum mati di tengah kota mendadak menjadi pusat perhatian. Pemuda ini terkenal sebagai penjahat yang kejam, ia memimpin sebuah kelompok perampok yang mencuri apa saja dari siapa saja, tak segan membunuh atau memerkosa korbannya.

Tentu saja, penduduk kota itu gembira dengan tertangkapnya pemuda ini, apalagi ia akan segera dihukum mati!

Beberapa menit menjelang eksekusi mati, penduduk kota yang berkumpul dan menyaksikan kejadian itu mendadak hening. Sang pemuda sudah berdiri pasrah memandang algojo yang dengan tegap memegang erat pedangnya.

“Wahai pemuda, kemukakan permintaan terakhirmu!” Ujar Sang Algojo.

Si pemuda tampak berpikir keras. Ia harus memilih satu saja dari berbagai kemungkinan yang muncul di kepalanya. Setelah beberapa saat, Si pemuda menjawab dengan tegas, “Aku ingin ayahku dihadirkan di sini!” Katanya.

Penduduk kota yang menyaksikan kejadian itu mendadak riuh, bertanya-tanya siapakah gerangan ayah dari pemuda kejam ini.

Beberapa saat kemudian, ayah si pemuda telah hadir di lokasi eksekusi. Lelaki tua itu tampak malu mendapati anaknya menjadi perampok yang kejam.

“Ayah,” kata si pemuda itu, “Kini sudah tiba saatnya aku meninggalkan dunia ini.”

Ayah si pemuda itu mulai tampak sangat bersedih, dia tidak menyangka anak yang begitu disayanginya akan mati dengan cara seperti ini. Lelaki tua itu menangis sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Sekarang aku punya permintaan terakhir,” ujuar pemuda itu, “Aku ingin ayahku menjulurkan lidahnya!”

Sang ayah tampak kaget dengan permintaan yang sangat janggal ini. Warga yang menyaksikan juga bertanya-tanya.

Ketika sang ayah menjulurkan lidahnya, tiba-tiba pemuda itu menyergap ayahnya dan menggigit lidah sang ayah dengan gigitan yang sangat kuat! Begitu kuat sehingga lidah lelaki tua itu berdarah! Semua penonton menjerit, kaget, dan heran menyaksikan kejadian janggal itu.

Semua berlangsung sangat cepat ketika si pemuda mengusap darah di mulutnya, sementara ayahnya mengerang kesakitan.

“Sekarang, aku sudah siap di hukum mati.” Kata pemuda itu, “Permohonan terakhirku adalah menggigit lidah yang telah membuatku menjadi pemuda semacam ini. Sejak aku kecil, lidah itu hanya bisa memujiku. Jika aku membawa barang-barang ke rumah, lidah itu tak pernah bertanya dari mana aku mendapatkannya. Jika aku melakukan kesalahan, lidah itu tak pernah memarahiku! Lidah itu membesarkanku menjadi pribadi yang sombong! Lidah itu tak pernah membacakan doa-doa! Lidah itu tak pernah mengajarkanku satu ayatpun dari firman Tuhan!”

Setelah semua kejadian itu, eksekusi mati dilakukan dengan sangat cepat. Sebagian penduduk masih tertunduk di lokasi kejadian, sebagian lain sudah kembali melakukan aktivitasnya masing-masing.

Mayat si pemuda sudah digotong, sementara lidah ayahnya masih berdarah di atas panggung. Lelaki tua itu kesakitan, terus menangis dengan bahu yang berguncang.

Bukan lidahnya yang sakit betul, tetapi hatinya. Ada berjuta ton penyesalan yang menyesaki nafasnya yang berat.

“Maafkan ayah, anakku,” Lelaki tua itu bergumam lirih, “Lidahku telah menjadi racun terburuk untuk membunuhmu.”

Lidah itu masih berdarah. Seperti lidahmu!


------------------------------------------------------------------------

Teringat sebuah cerita:
Seseorang pernah datang kepada ‘Umar ibn Khaththab radhiallahu ‘anhu dan mengadukan anaknya,“Anakku ini benar-benar telah durhaka kepadaku.”

 Umar ibn Khaththab pun berkata kepada sang anak, “Apakah engkau tidak takut kepada Allah dengan durhaka kepada ayahmu, Nak? Karena itu adalah hak orang tua,” 

“Wahai Amirul Mukminin, Bukankah anak juga punya hak atas orang tuanya?”balas sang anak membela diri.

"Benar, haknya adalah memilihkan ibu yang baik, memberi nama yang bagus, dan mengajarkan Al-Kitab (Al-Quran).”  

 “Demi Allah, ayahku tidak memilihkan ibu yang baik. Ibuku adalah hamba sahaya jelek berkulit hitam yang dibelinya dari pasar seharga 400 dirham. Ia tidak memberi nama yang baik untukku. Ia menamaiku Ju’al. Dan dia juga tidak mengajarkan Al-Quran kepadaku kecuali satu ayat saja.”  

Ju’al adalah sejenis kumbang yang selalu bergumul pada kotoran hewan. Bisa juga diartikan seorang yang berkulit hitam dan berparas jelek atau orang yang emosional. ( Al-Qamus Al-Muhith, hal. 977). 

‘Umar menoleh ke sang ayah dan berkata, “Engkau mengatakan anakmu telah durhaka kepadamu tetapi engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Enyahlah dari hadapanku!” (As-Samarqandi, Tahbihul Ghafilin, 130)  


Wahai kiranya kita mendalami, bahwa menghormati orang tua adalah wajib adanya.
Dan memberikan hak kepada anak pun juga.

Walau Iman tak diwariskan,
Semoga senantiasa berusaha menjadi pribadi bertauhid dan berakhlak.
Mengajarkan anak kita kelak berdasar Qur'an dan sunnah.
Semangat menjejaki ruang ilmu untuk para calon orangtua! :)

Wassalamu'alaykum Warrahmatullahi Wabarakatuh

3 komentar:

kadyonggo mengatakan...

gw masuk kategori ini kaga ya? cuma gw blm dieksekusi nih kasus orang tua yg durhaka pada anaknya, semoga aja kaga deh

Ayu Nuradi mengatakan...

Serem.ya by :(
Tapi itu kisahnya beneran gak sih?

Febry Dahyani mengatakan...

kategori apa nggar?

guess it's fiction, pe
Wallahua'lam

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...