Tips Ibu Muda #1

Assalamu'alaykum warrahmatullahi wabarakatuh

Setelah kelahiran buah hati kita, kegiatan pertama dan utama untuknya adalah menyusui ia.
Sebelumnya saya pikir menyusui itu ya udah tinggal kasih aja, ternyata ga semudah itu.
Sekitar seminggu, puting saya lecet ga karuan, berdarah, padahal udah ngikutin semua yang dikasih tau bidan
Googling dan buka yutub juga udah
Kurang lebih hampir semua menuliskan begini:
Cara memberi ASI dengan posisi menyusui yang benar

Berikut ini adalah langkah langkah cara menyusui yang benar. Sebelum memulai menyusui pastikan Anda selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. - Pastikan posisi Anda sudah nyaman ketika akan menyusui
- Agar bayi juga merasa nyaman, usahakan posisinya sejajar lurus antara badan dan kepala bayi.
- Untuk memudahkan bayi menelan maka bagian kepala bayi harus lebih tinggi dari badanya.
- Wajah bayi menghadap kearah payudara, dan hidungnya berhadapan dengan putting
- Memeluk dan menyangga seluruh tubuh bayi mulai dari kepala sampai pahanya
- Sebagian besar pada bagian hitam sekitar puting (Areola) masuk kedalam mulut bayi

Dan yang terakhir ini:
- Bantulah bayi agar mulutnya terbuka lebar, hingga bibir bawah melengkung keluar dan dagunya bersandar pada payudara ibu.

Poin terakhir ini yang perlu dicoret
Saya mencoba berkali2 supaya pas bayi menganga lebar, baru saya *jejalkan*, hasilnya?
Ketika awal dia menyusu, rasanya nyaman aja, tapi 10 detik kemudian, lidah nya bergeser, dan lagi2 membuat lecet puting
Saya lagi2 harus menahan sakit
Padahal proses menyusui harusnya ga sakit dan membuat ibu dan bayi nyaman dan senang

Sebenarnya apa alasan puting kita menjadi lecet?
Ibu-ibu tau?
Karena aerola yang tidak masuk semua?
Ternyata bukan, coba sekarang ibu raba langit-langit mulut menggunakan lidah
Terdapat dua bagian pada langit-langit yaitu bagian yang kasar dan bagian yang halus
Puting ibu lecet itu karena bayi menghisap puting ibu dengan ujung puting berada pada bagian yang kasar sedangkan harusnya pada bagian yang halus.

Lantas bagimana caranya agar puting tidak lecet?
Bayi itu sudah Allah kasih kemampuan untuk menghisap dan mencari sumber kehidupannya sendiri
Buktinya, ketika IMD, bayi akan menghampiri sendiri PD ibu nya
Dari sini saya baru sadar, bagimana kalau membiarkan dia memasukkan puting saya sendiri? Tanpa harus dijejalkan
Dia otomatis melepas apabila dia anggap itu kurang pas
Tugas kita hanya mengarahkan dimana puting kita berada
Hasilnya luar biasa, ga sakit sama sekali!
Bahkan hanya butuh dua hari untuk penyembuhan puting yang lecet itu, tanpa obat, hanya dari membiarkan itu.

Lalu, apakah semua aerola harus masuk ke mulut bayi?
Saya pernah melihat seorang ibu sangat frustasi karena aerola nya yang besar tidak masuk ke dalam mulut bayinya.
Ini salah satu pemicu baby blues.
Jadi jawabannya tidak harus semua masuk, penghisapan ASI akan efektif apabila sebagian aerola masuk ke dalam area bibir bawah bayi.
Saya katakan, apabila puting ibu mencapai langit-langit​ yang halus, bibir bayi bagian bawah otomatis akan membentuk keluar atau bahasa sehari-harinya 'jebleh', dan sebagian aerola pasti masuk ke mulut bayi.
Ibu bisa mendorong bayi ke arah ibu, apabila penghisapan kurang efektif, tapi syaratnya, pelekatan puting sudah benar.

Semoga bermanfaat untuk para calon ibu~
Selamat mencoba
Harap mencantumkan sumber apabila ingin di copy

Wassalamu'alaykum warrahmatullahi wabarakatuh

Dari ibu yang masih belajar,
Febry Dahyani

NHW#3 Part 2

Assalamu'alaykum warrahmatullahi wabarakatuh

Anak adalah anugerah, rezeki dari Allah Yang Maha Kuasa
Ia lahir dari rahim seorang ibu yang sudah pasti Allah tau ibu itu mampu
Atau Allah tau ibu itu akan berusaha untuk mampu
Mampu mendidik, membesarkan, mencintainya, menjadikannya sebagai ladang pahala


Sudah hampir 2 bulan, Allah titipkan laki-laki kecil yang diberi nama Farres
Sungguh, saya belum tau potensi apa yang ia miliki kedepan
Namun dari dua bulan ini, saya lihat dia insya Allah akan menjadi anak yang cepat tumbuh kembang nya.
Dilihat dari, pada umur nya saat ini, dia sudah bisa mengangkat kepala nya ketika ditengkurapkan, bahkan dari baru lahir sudah bisa.
Lehernya kuat sekali.
Selain itu, dia sudah pintar mengoceh, menjawab obrolan dari orang disekitarnya.
Semoga ke depan, ia selalu sehat fisik dan jiwanya.

Saya pun tidak ingin tertinggal untuk menyeimbangi dari tumbuh kembangnya.
Saya berusaha menjadi ibu yang terbaik untuknya, salah satunya dengan membeli buku parenting, membaca artikel dsb.

Tak kalah penting, dalam berumah tangga, baik menghadapi anak maupun suami, saya harus selalu menyetok sabar.
Saya yakin maksud Allah dalam hal ini, karena memang saya suka ga sabaran.
Dan memang untuk menjaga 'kewarasan', kelapangan hati dan kesabaran tiada batas adalah kuncinya.

Sabar bukan hanya dalam keburukan, namun juga kebaikan.
Mungkin sabar untuk melakukan hal yang dilarang itu mudah, namun kesabaran untuk patuh perintah-Nya, sabar dalam istiqomah melakukan kebaikan itu sulit
Tapi sulit nya itu lah yang berbuah pahala.

Salah satu contoh ketidak sabaran saya adalah tidak konsisten mengatur, mencatat keuangan keluarga.
Padahal saya adalah orang yang mahir dalam menghitung, mencatat, dan membukukan
Semoga suami saya memaafkan saya atas keteledoran ini, saya pun janji insya Allah, akan memperbaikinya, tentunya saya membutuhkan dorongan, support darinya.

Saya juga butuh kehadiran raga dan jiwanya untuk mengarahkan saya dalam pergaulan saya yang baru.
Kami akan berpindah pindah dari suatu daerah ke daerah lain -karena pekerjaannya-, bertemu dengan macam-macam karakter istri pekerja yang berbeda dari yang saat ini saya alami.
Pun tidak kalah penting, saya dan suami akan menjaga kesehatan dan keselamatan keluarga, walau perusahaan menempatkan kami dimanapun itu.

Sekian NHW 3, sampai jumpa di NHW berikutnya, insya Allah.

Wassalamu'alaykum warrahmatullahi wabarakatuh

NHW#3 Part 1

Surat Cinta Untuk Yang Tercinta

Dear yang tercinta,
Suamiku, abu Farres

Assalamu'alaykum warrahmatullahi wabarakatuh

Sayang, masih teringat saat itu aku sedang makan di restoran kesukaanmu, Raacha, tempat dimana aku menerima pesan darimu.
Bagaimana tidak, hatiku langsung bergemuruh ketika membacanya.
Padahal kamu hanya bertanya, apakah aku sudah siap menikah atau belum.
Aku sempat berpikir apa aku yang terlalu geer  karena kamu belum 'menawarkan' dirimu.

Ternyata Allah mengiyakan, diriku memang disiapkan hanya untukmu.
Tidak ada alasan untuk tidak menerimamu saat itu.
Mungkin perjalanan persiapan pernikahan sempat membuatku ragu apakah engkau orangnya, jodoh yang Allah tuliskan dalam Lauhul Mahfudz.
Tapi tidak dengan engkau, kau menunjukkan bahwa aku patut untuk diperjuangkan.

Sayang, aku masih ingat betapa kau begitu gigih memperjuangkan yang terluput saat itu.
Memperbaiki bacaan Qur'an teman kita dan memperluas dakwah sunnah.
Aku begitu terkagum padamu, sosok yang tak pernah memandang wanita yang bukan mahramnya.
Meminggirkan pandanganmu, tanda kau menghargai perempuan yang kamu ajak bicara.
Kamu juga tidak malu mengamalkan sunnah Rasul, walau janggut tak kunjung tumbuh.

Teringat beberapa bulan ketika telah menikah, kamu mengingatkanku untuk bersabar.
Bersabar karena saat itu Allah belum menitipkan janin dalam rahimku.
Bersabar karena Allah tau yang terbaik bagi kita.
Hingga akhirnya doa doa kita Allah ijabah, tepat di bulan Syawal.
Aku tak sabar saat itu, ingin melihatmu menggendong buah hati kita penuh cinta.
Membawanya ke masjid dan membuat ia cinta kesana.


Suamiku, aku membayangkan tiap subuh kita tilawah bersama anak-anak kita.
Memandunya menghafal bait-bait cinta dari Yang Maha Kuasa.
Menjelang isya, kamu bacakan sirah nabawiyah, hingga kami kita makin cinta pada nabi , Rasul, dan sahabatnya.
Tidak lupa juga, dari awal lahir anak kita, kita pandu mereka untuk mengenal siapa Tuhannya.
Kita tuntun mereka untuk menyebut Allah dan mengenalkan ciptaan-Nya yang luar biasa.

Cintaku, aku ingin kita menuntun mereka, amanah ini, menjadi pribadi yang tangguh.
Kita berbuat dengan akhlak yang baik sebagai contoh.
Aku memohon pada Allah, agar kita dimampukan menjadi orang tua yang baik bagi mereka.
Hingga kelak, Allah izinkan mereka menjadi penyejuk bagi semesta, karena kecerdasannya dan kesantunannya.
Dan tak lupa, keluarga kita dikumpulkan dibarisan Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalam dan bersamanya di syurga.
Aamiin

Wassalamu'alaykum warrahmatullahi wabarakatuh

Dari istri yang selalu merindukanmu,
Eby

NHW #2

Assalamu'alaykum warrahmatullahi wabarakatuh

Minggu kemarin memang penuh kesibukan, terutama menjaga baby yang suka cranky, kalo kata orang, bau tangan.
Banyak pula yang diurus juga beberapa agenda silaturrahim.
Selain itu, tugas ini berat berat gimana gitu, karena kita harus membuat indikator atau kriteria ibu professional dengan SMART yaitu:
- SPECIFIK (unik/detil)
- MEASURABLE (terukur, contoh: dalam 1 bulan, 4 kali sharing hasil belajar)
- ACHIEVABLE (bisa diraih, tidak terlalu susah dan tidak terlalu mudah)
- REALISTIC (Berhubungan dengan kondisi kehidupan sehari-hari)
- TIMEBOND ( Berikan batas waktu)

Alhasil, telat kumpul tugas T.T kebanyakan mikir ga ditulis
Semoga ini yang pertama dan terakhir telat nya.

Indikator professional sebagai individu:
- Shalat sunnah min. 10 rakaat setiap hari
- Tilawah min. 5 lembar setiap hari
- Puasa sunnah min. 4x setiap bulan
- Menunaikan ibadah Haji 1x selama hidup
- Shalat tahajjud min. 2x setiap minggu
- Silaturrahim/ menjenguk orang sakit/ bersosialisasi min. 2x setiap minggu
- Baca buku min. 2 lembar setiap hari
- Hafalan quran 1 ayat perhari

Indikator professional sebagai istri:
- Memastikan makanan tersedia setiap hari
- Menyiapkan keperluan suami setiap hari
- Memastikan rumah dalam keadaan bersih setiap hari
- Memastikan rumah dalam keadaan rapi tertata setiap hari
- Mengecek dan memastikan keperluan rumah tangga tersedia setiap minggu

Indikator professional sebagai ibu:
- Memastikan anak mendapat gizi yang cukup setiap saat
- Mengajak bermain anak yang sesuai dengan tahapan umurnya
- Membaca buku parenting 2 lembar setiap hari
- Membelikan alat stimulasi yang sesuai dengan usia dan tidak menyalahi aturan agama
- Membaca buku bersama anak min. Dua kali setiap hari
- Memantau dan mencatat tumbuh kembang anak di portofolio anak, direkap min. Satu kali dalam seminggu

Baiklah, yang baru terpikirkan hanya itu, sigh~
Insya Allah akan dilanjut edit lagi dan saya akan coba fokus untuk menulis semua target, sambil membaca materi IIP berikutnya

Wassalamu'alaykum warrahmatullahi wabarakatuh

NHW #1

Assalamu'alaykum​ warrahmatullahi wabarakatuh
Lama sudah blog ini tidak dihiasi tulisan
Hingga akhirnya 'dipaksa' untuk menyegarkan kembali otak untuk merangkai kata demi kata

Tidak lama ini saya mengikuti grup, sebentar, lebih tepatnya enrolled di sebuah universitas bernama Institut Ibu Profesional
Tulisan pertama ini bertujuan untuk menjawab PR pertama yang disebut Nice Home Work (NHW)

Langsung saja..
Sulit rasanya menentukan pilihan jurusan di institut ini, karena seperti namanya, saya ingin menjadi Ibu sekaligus istri yang profesional
Kalau ada 5 jurusan dalam institut ini, pasti saya ambil semuanya
Bagaimana tidak, Allah jadikan kewajiban yang seorang istri dan ibu lakukan sebagai jihadnya, bahkan Allah janjikan masuk ke pintu syurga mana saja, jika dilengkapi dengan kepatuhan pada Tuhannya

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bertutur,
“إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا؛ قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ”.
“Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau”. (HR. Ahmad dari Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu’anhu dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albany).

Jadi mau pilih jurusan apa?
Akhirnya, bismillah saya memilih jurusan manajemen rumah tangga.

Kenapa saya memilih jurusan ini?
Karena saya meyakini menikah adalah ibadah sepanjang hidup, didalamnya terdapat ilmu yang didapat bukan hanya dibaca dari textbook, tapi ilmu berdasarkan pengalaman
Saya ingin menjadikan rumah tangga seindah syurga sampai akhirnya insya Allah, Allah kumpulkan keluarga kami di sana.
Mencetak generasi rabbani yang cinta dan bangga akan keislaman dan keimanannya.

Lantas bagaimana cara meraihnya?
Yaitu salah satunya bergabung 'duduk' bersama orang shalih/shalihah, ikut dalam kelompok yang membangun dan menciptakan rumah tangga berkiblat pada Quran dan sunnah.
Selain itu juga, membaca buku buku tentang permasalahan dan solusi dalam berumah tangga.
Tidak lupa juga membaca buku atau artikel, video youtube, tentang kehamilan dan parenting, tentang kesehatan, dll.
Semoga Allah mampukan saya dan suami untuk meraihnya. Aamiin

Kemudian terkait feedback tentang materi di IIP yang pertama tentang adab menuntut ilmu
Saya merasa harus berubah dalam menghadapi ilmu baru, yaitu 'mengosongkan gelas'. Bukan tentang siapa yang lebih pintar, tapi bagaimana ilmu itu diserap dan diamalkan.

Sekian cuap cuap saya malam ini, ditemani bayi 1 bulan yang sudah terlelap, semoga tiap ayunan yang membuatnya tertidur, Allah hitung sebagai pahala. aamiin
Salam rindu untuk abi yang ada di Bunyu, we'll meet you soon, insya Allah 😘.

Wa'alaykumussalam warrahmatullahi wabarakatuh
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...