Seserius Itu - Part 2

Assalamu'alaykum Warrahmatullahi Wabaraktuh
"Hai anakku, sesungguhnya engkau telah berpisah dengan rumahmu, tempat darinya engkau berangkat dan naungan di mana engkau dibesarkan di sana, menuju seorang laki-laki yang belum engkau kenal dan suami yang belum engkau kasihi. Maka jadilah engkau baginya seorang ibu, niscaya ia akan menjadi hamba bagimu. Hafalkan untuknya 10 perkara nicaya itu akan menjadi tabungan kebaikan bagi hidupmu.
Pertama dan kedua: Rendah diri kepadanya dengan sifat qona'ah (menerima apa adanya) dan pandai mendengarkannya dengan menaatinya
Ketiga dan keempat: Jagalah tempat - tempat sensitif pada matanya dan hidungnya. Jangan sampai matanya melihat hal - hal yang buruk pada dirimu dan jangan sampai ia mencium darimu melainkan bau yang harum-harum.
Kelima dan keenam: Menjaga baik-baik waktu-waktu tidurnya dan makannya. Karena sesungguhnya melilitnya rasa lapar mengundangnya cepat marah dan sulit tidur membuatnya gampang kesal.
Ketujuh dan kedelapan: Menjaga hartanya dan mendidik keluarga dan kerabatnya. Tiang dari urusan harta adalah pandai membelanjakan dan dalam keluarga pandai menatanya.
Kesembilan dan kesepuluh: Janganlah engkau menentang perintahnya dan membeberkan rahasianya. Jika engkau menyalahi perintahnya, maka dadanya akan sesak. Apabila engkau membeberkan rahasianya engkau pasti tidak akan aman dari pengkhianatannya. Janganlah engkau bergembira disaat suamimu sedang sedih dan menunjukkan rasa gundah gulana disaat ia senang."
Begitulah nasihat Umamah binti Harits kepada putrinya yang akan menikah.

Air mata mengalir ketika pertama kali membaca nasihat ini, entah mengapa
Momen sebelum menikah adalah saat - saat sensitif, menurut saya
Bukan hanya mempersiapkan segala keperluan pernikahan, juga kesiapan diri
Yaa.. seserius itu pernikahan, ibadah terpanjang bagi manusia, untuk mereka yang memilih bertahan

Laki - laki adalah qawwam bagi wanita, ia gagah dimata istrinya
Dengan penuh tanggung jawab dan kesiapan, ia datang melamar, berterus terang dan yakin akan pilihannya, untuk memenuhi titah Rasul-Nya, menggenapkan separuh agama, menjalankan sunnah
Ia tak lagi ragu untuk mengemban amanah, dengan ilmunya, ia bersamai keluarganya menuju jannah
Keputusan untuk menikah juga untuk memadamkan nafsunya, menundukkan pandangannya, mencari jalan halal untuk melampiaskannya
Bagi ia, menafkahi keluarga adalah bara api yang menghidupkan semangat jiwanya, mencari rizki di bumi Illahi, ketika pergi bekerja, ia mencium kening istrinya, ketika datang ia tersenyum, walau peluh masih basah menghias wajahnya


Sekian untuk Part 2
Nantikan part berikutnya, hehe

Wassalamu'alaykum Warrahmatullahi Wabarakatuh

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...