Jurnal Bunda Cekatan #8

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaykum warrahmatullahi wabarakatuh

Masya Allah, minggu ini kami diarahkan untuk pindah keluarga tapi tetap yang sesuai dengan mind map masing-masing
Namun saya sendiri masih betah di dua keluarga yang telah saya jelaskan di jurnal kemarin


1. Keluarga Parenting yang diganti nama menjadi Keluarga Calendula
Calendula adalah keluarga bunga-bunga yang mekar hampir sepanjang tahun.
Seluruh bagian calendula bermanfaat, bisa untuk obat, dimasak atau untuk zat warna.
Begitu juga dengan Keluarga Calendula, yang anggota keluarganya berisi para ibu kece, yang berusaha sekuat tenaga bermanfaat untuk keluarga masing-masing dan keberadaannya menyenangkan hati & mata orang yang memandang, seperti bunga.
Calendula ini juga singkatan lho,
CALENDULA (dengan CintA, keLuarga parENting menDampingi bUah hati & keLuArga)

Dari FBG yang dibuat, ternyata belum maksimal nih huhu, karena belum ada CIP untuk setiap sub-topik yang tertera, oia, karena ada perubahan juga listnya, ada penambahan dan pengurangan
Namun, tetap sama adalah kita harus tetap bawa peta
Saya sendiri masih bertahan di Parenting Nabawiyyah
Di FBG, pembahasan tentang PN ini masih sangat minim, masih seputar berbagi potluck, belum ada pembedahan lebih lanjut, apa saja yang harus kami pelajari secara runut.
Jadi, untuk saat ini saya pun baru selesai membaca potluck dari teman-teman.
Belum ada summary yang dibuat karena belum menemukan pola yang pas
Namun, dalam hal garis besar konsep PN ini alhamdulillah sudah dimengerti.
Selain itu saya juga mendengarkan kembali ceramah Ust. Budi di YouTube, dan ada satu hal yang saya amat sangat 'tertohok', yaitu ketika beliau menceritakan kisah Nabi Musa yang bertemu dengan anak yatim yang rusak rumahnya, ibroh yang bisa diambil yaitu
Jadilah orang tua sholih, karena apabila kita meninggal besok, jangan takut, anak-anak kita, Allah yang jaga
Beliau pun mengingatkan tentang hadits, yang kurang lebih intisarinya
Apabila ada yang salah dengan anak/ suami/ istri atau apapun itu, itu pasti karena dosa-dosa yang telah kita lakukan
Istighfar, istighfar, Ya Allah, mungkin banyak dosa saya sehingga rasanya berat, sulit, mendidik anak-anak, sulit rasanya menjadi sabar ketika menghadapi mereka, Ya Allah...
Hanya kepada-Mu kami memohon

2. Keluarga Pendidikan Anak yang sudah ganti nama menjadi Keluarga Inklusi
Setelah berdiskusi, akhirnya kami membuat grup kecil untuk membahas lebih dalam suatu bahasan, saya sendiri memilih masuk ke dalam grup Fitrah bersarkan buku FBE
Dari yang kami ketahui tentang FBE, salah satu yang terpenting adalah menumbuhkan fitrah keimanan, karena ini adalah dasar untuk anak-anak kelak membangun kehidupannya berlandaskan keimanan.

Masya Allah, setelah memulai dengan membuat kerangka berpikir, akhirnya dirumuskan sebagai berikut


Semoga bisa terbaca ya :)
Tambahan untuk poin Cara Menumbuhkan Fitrah Keimanan Anak:
1. Pentingnya membangun imaji positif anak-anak terhadap orang tuanya, alamnya, masyakaratnya, dan terhadap agamanya sejak dini.
Beberapa contoh diantaranya:
a. Rasulullah membiarkan cucunya bermain kuda-kudaan ketika beliau sujud dalam sholatnya >> mengkonstruksi imaji positif tentang ibadah
b. Rasulullah membolehkan Aisyah kecil bermain boneka >> imaji positif tentang kehidupannya
c. Rasulullah meminta imam memendekkan bacaannya apabila ada anak-anak dalam shaf makmumnya >> imaji positif teng sholat dan Tuhannya.
d. Kita jangan pernah menunjukkan wajah suram di hadapan anak-anak ketika kita memandang wajah anak-anak, belailah kepalanya dan bersholawatlah.
e. Kita jangan berwajah tidak bahagia ketika adzan berkumandang, wajah suram ketiha bershodaqoh kepada fakur miskin dsb. >> akan mematikan fitrah keimanan anak kita

2. Imaji positif ini bisa dibangkitkan dengan belajar di alam, belajar bersama alam. Latih dan dorong kemampuan Tadabbur. Bangkitkan imaji positif tentang semesta. Katakan bahwa burung-burung juga sholat dengan merentangkan sayapnya, bulan, planet, dan bintang-bintang di langit juga sholat dengan berjalan pada garis edarnya. Arahkan Nalar anak kepada adanya Dzat Maha Mengatur dibalik keteraturan semesta. Sekilas contoh diantaranya: misalnya ketika hujan, ingatkan hujan adalah kasih sayang Allah karena pintu langit dibuka oleh Allah, do'a-do'a dikabulkan, ajak anak bernalar bagaimana jika Allah tidak turunkan hujan, tumbuhan kekeringan, maka dari itu hujan adalah rahmat Allah, lalu kenalkan doa saat hujan.

3. Imaji postif juga bisa dibangkitkan dengan kisah-kisah keimanan, inspirasi dan kepahlawanan, utamakan kisah Al Quran. Mulailah dengan kisah-kisah membahagiakan dan memicu kegairahan berbuat baik hingga membangkitkan mecintaannya kepada Allah.

4. Hadirkan bahasa ibu yang utuh agar anak mampu mengekspresikan gagasannya, perasaannya dengan utuh.

5. Mulailah membangkitkan kesadaran fitrah keimanannya sejak dini bukan dimulai dengan pendidikan syariahnya.

6. Sebelum memulai mendidik keimanan anak-anak, mulailah dengan membersihkan jiwa kita dan mengembalikan fitrah-fitrah baik dari dalam diri kita karena dengan menjadi orang tua sejati dengan jiwa dan hati yang bersih adalah keberkahan dan bekal menumbuhkan fitrah keimanan anak-anak kita.

7. Kaitkan ke Maha Baikan Alloh pada setiap momen/peristiwa:
a. Mendidik fitrah keimanan, bukan mengajarkan mendetail rukun Iman dan mengajarkan ilmu agama yg berat. Sederhana saja, bangkitkan saja gairahnya pada Allah, pada Rasulullah SAW, pada Islam dan kebaikan2nya, melalui kisah2 yg seru, keteladanan dalam kegiatan langsung, suasana keshalihan yg menyenangkan di rumah dstnya. Kontekskan semua peristiwa dengan Allah dalam keseharian. Jika bawa oleh2, katakan dgn antusias ini dari Allah, ketika menunggu kereta api ajak dgn antusias doa bersama, ketika pohon berbuah Lebat ceritakan betapa baiknya Allah dan indahnya surga dst.
b. Pada hikmah penciptaan, ajarkan anak tentang betapa Maha Baiknya Allah yang telah menciptakan anggota tubuh sesuai fungsinya, betapa dekatnya kasih sayang Allah, seperti ketika bersin kita ajak anak mengucap hamdallah, sebagai rasa syukur kita kepada Allah karena dengan bersin tadi Allah sudah keluarkan kuman dan kotoran yang ada pada hidung/saluran pernafasan kita. Anak pun dapat diajak membayangkan bagaiman jika Allah tidak menciptakan bersin kepada manusia, atau pada anggota tubuh lainnya sebagai cara terdekat mengenalkan Allah pada anak.
c. Pada setiap perbuatan baik anak, motivasikan anak agar selalu merindukan surga, seperti mengajak anak melakukan amalan sederhana seperti berinfaq di mesjid, membuang sampah di tempatnya, menolong teman, dan selalu ingatkan anak setelah selesai beramal bahwa kita sedang mengumpulkan pahala agar Allah semakin sayang pada kita dan kita bisa dimasukkan Allah ke dalam surga, bukan beramal dengan pamrih untuk manusia.
d. Pada keadaan emosi anak, setiap anak sedih atau senang senantiasa ingatkan anak dengan berkata "nak kalau lagi sedih ingat Allah ya, berdoalah kepada Allah", "nak kamu lagi bahagia ya? Alhamdulilah Allah kasih kamu kebahagiaan, ayo kita ucapkan Alhamdulillah supaya Allah kasih kita kebahagiaan yang lebih banyak lagi.
e. Pada sifat Allah, kenalkan anak pada nama-nama dan sifat-sifat Allah yang husna, seperti Allah Al-Bashir (Maha Melihat) bahwa Allah melihat setiap apa yang kita lakukan; Allah Al-Samii (Maha Mendengar) bahwa Allah mendengar setiap ucapan kita, mendengar lantunan ayat suci Alqur'an yang kita baca, mendengarkan doa kita, tatkala anak mengucapkan kalimat tayyibah, katakan padanya nak Allah mendengar ucapanmu tadi, maka dari itu ini menjadi bekal agar anak selalu berbicara yang baik karena Allah Maha mendengar, sehingga terhindar dari bicara yang kurang baik dan sia-sia apalagi perkataan dusta. Kenalkan dengan nama dan sifat Allah yang lain, Kenalkan dan sadarkan bahwa Allah sebagai Sang Maha Mengatur, Maha Adil dll.
f. Pada tiga keadaan buatlah anak begitu terpesona kepada Rabbnya, yakni: saat mendapatkan rezeki; saat menginginkan sesuatu; saat ditimpa musibah/sakit. Ajak anak berdialog tentang keinginannya, bagaimana cara mendapatkannya, kepada siapa hendaknya meminta, dengan cara apa memintanya, yakni hanya kepada Allah lah kita berharap, baik saat senang maupun susah.
g. Pada keadaan yang bisa diajak untuk berempati atau merasakan, Contohnya, anak melihat kucing kelaparan. Lalu anak mengajak ia berfikir bagaimana jika ia yg lapar, memposisikan ia seperti kucing tsb. Akhirnya muncul gairah ingin memberi makan karena rasa iba yg tumbuh. Ingin membantu sesama makhluk Allah.

8. Mengikutkan anak dalam kegiatan keagamaan, walaupun dia belum paham dan malah bermain, namun dengan kehadiran dia di majelis ilmu atau ibadah, maka dia diajak untuk ikut merasakan tentang suasana keimanan. Sadarkan bahwa manusia punya potensi tunduk dan patuh kepada Rabbnya

9. Jika kita terlewat dalam menumbuhkan fitrah, maka ada formula untuk proses remidinya dengan skema usia dikurangi 6 tahun, hasilnya dikonversi dalam bulan. Misal anak sudah berusia 8 tahun fitrah imannya belum muncul, maka 8-6=2 bulan waktu meremidi, mengulang kembali semua proses penumbuhan fitrah anak yang dimulai dengan tazkiyatun nufs (pensucian jiwa)

10. Menunda mengajarkan tentang syaitan, neraka, dosa, mengoptimalkan sepenuhnya memberikan imaji positif tentang asyiknya beribadah dan indahnya hadiah dari Allah saat melakukan ibadah dan kebaikan. Mengenai soal syaitan dan neraka, tidak lagi memberi imaji negatif bahwa Allah itu memberi punishment terhadap hamba yg tidak melakukan suatu ibadah, misal sholat. Justru mengatakan "nak, kalo sayang Allah, sholatnya rajin ya. Allah juga sayang lho, dengan anak yg rajin sholat". Nak jangan marah ya, sesungguhnya bagimu surga bila bisa menahan amarah, sebagaimana rasulullah menyatakan demikian, bukan menyebutkan marah temannya syaitan.

Selain itu, dalam penjelasan Ust. Harry Sentosa, beliau menjelaskan bahwa menumbuhkan fitrah keimanan harus sesuai dengan usianya yaitu

Usia 0-2 tahun.
Ini tahap penguatan fitrah keimanan dengan memberikan ASI secara eksklusif, menghadirkan hati, perhatian, sentuhan, pandangan dsbnya ketika menyusui. Inilah tahap penguatan awal Tauhid Rubbubiyatullah.

Usia 3-6 tahun.
Ini tahap merawat fitrah keimanan dengan membangun imaji imaji keindahan ttg Allah, ttg Rasulullah SAW, ttg Islam dan kebaikan lainnya sehingga melahirkan kesan dan cinta yang mendalam. Cinta sebelum Islam, Iman sebelum Amal.

Dilarang merusak imaji imaji anak di usia ini ttg indahnya alHaq. Para ulama meminta untuk menunda menceritakan ttg neraka, perang akhir zaman, Dajjal, qiyamat dstnya, sampai benar benar fitrahnya kuat di usia 7 tahun ke atas.

Dilarang mendidik adab dengan memaksa, menyakitkan hatinya, dstnya, agar tidak malah membenci adab. Namun upayakanlah adab berkesan indah. Jadi tahap ini sepenuhnya full cinta namun tidak memperturutkan yang tidak baik.

Ceritakanlah hal hal indah yang membuat ananda sangat tergugah, berkesan mendalam dan antusias pada kebenaran. Suasanakanlah keshalihan dalam setiap momen dan kesempatan tanpa terasa dan formal.

Ini tahap emas untuk mengenalkan Allah, Rasulullah SAW dan kebaikan kebaikan Islam.

Anak sedang pada puncak imaji dan abstraksinya, alam bawah sadarnya masih terbuka lebar, maka mengenalkan apapun ttg kebaikan apalagi dengan cara berkesan akan masuk ke dalam alam bawah sadarnya dan menguatkan fitrahnya.

Penting mengkontekskan semua peristiwa baik dengan Allah dalam setiap kesempatan.

Teladankan kebaikan tanpa pasang target untuk segera diikuti. Hindari semua bentuk formal dan penerapan disiplin yang membuatnya jadi membenci kebaikan itu sendiri.

Ingat bahwa sholat baru diperintah saat usia 7 tahun, jadi di bawah 7 tahun sholat diimajikan indah bukan dipaksa tertib gerakan, tertib bacaan, tertib waktu. Misalnya penting setiap azan berkumandang, wajah bunda menjadi sumringah dan tersenyum seindah mungkin, bahkan memeluk dan mengucapkan kata kata indah di telinga ananda.

Dahulukan amar ma’ruf daripada nahi munkar. Misalnya jika ananda naik ke atas meja, katakan saja “nak meja untuk makan, kaki untuk ke masjid atau ke taman” daripada panik dan menyebut keburukan.

Diharapkan pada fase ini anak sudah antusias mengenal dan menyebut nama Allah di usia 3 tahun.

Nanti di usia 7 tahun, diharapkan ketika kita mengatakan, “nak, sholat itu diperintah oleh Allah lho…” maka ananda menerima perintah Sholat dengan suka cita”.

Usia 0-6 tahun adalah masa emas bagi mendidik fitrah keimanan, dengan menguatkan konsep Allah sbg Robb, melalui imaji imaji indah yang melahirkan kecintaan kpd Allah, Rasulullah SAW, Islam. Metodenya adalah keteladanan dan suasana keshalihan yang berkesan mendalam.
Usia 7-10 tahun.
Ini adalah tahap menumbuhkan dan menyadarkan Tauhid Mulkiyatullah. Pada tahap ini ananda sedang sangat kritis (fitrah belajar dan bernalar pada puncaknya), mereka juga mulai bergeser dari ego sentris ke sosio sentris, mereka mulai memahami adanya keteraturan di alam dan di kehidupan.

Inilah tahap yang tepat untuk menumbuhkan dan menyadarkan bhw Allahlah Sang Maha Pengatur, Sang Maha Pembuat Hukum, Zat Yang harus ditaaati. Fitrah keimanannya ditumbuhkan dengan membaca alam dan mentadaburi keteraturan ciptaan Allah di alam semesta.

Fitrah keimanan tumbuh baik dengan menginteraksikannya pada kenyataan adanya keteraturan yang indah dan sempurna alam semesta.

Keimanannnya mulai berbunga menjadi keinginan kuat memahami keteraturan itu dan mencintai Sang Maha Pengaturnya. Keimanan tidak bisa lagi lewat kisah kisah menjelang tidur, namun harus dialami langsung dengan interaksi di alam.

Usia 11-14 tahun.
Ini tahap mendidik fitrah keimanan untuk Tauhid Uluhiyatullah. Metodenya adalah mengokohkan fitrah keimanan melalui ujian ujian kehidupan sehingga mennjadi kebutuhan.

Iman itu perlu diuji bukan lagi dikisahkan atau diinteraksikan, tetapi melalui beban beban kehidupan dalam batas kesanggupannya. Ingat bahwa fitrah keimanan bukan bicara seberapa banyak ilmu agama yang direkam di benak, namun bicara seberapa banyak anak mengokohkan keimananannya melalui cinta yang mendalam pada alHaq.

Pada tahap ini, memberikan anak kesempatan untuk merantau yang tidak terlalu jauh, berbisnis kecil kecilan, memberi investasi, memagangkan pada maestro, melibatkan pada aktifitas dakwah dll.Maka kita akan lihat, bagaimana fitrah keimanannya diuji dalam kehidupan.
Rasulullah SAW memulai magang berdagang bersama pamannya dan merantau ke Syams sejak usia 11-12 tahun. Maka kita lihat Rasulullah SAW piawai di dakwah dan piawai di pasar.

Dalam ujian ujian kehidupan itu mereka akan menyadari butuhnya sholat malam, butuhnya panduan alQuran dan alHadits, butuhnya memperbaiki misi hidup sesuai yang Allah kehendaki dstny.

> 15 Tahun
Fitrah Keimanan yang tumbuh paripurna akan berujung kepada peran peradaban berupa ghairah dan antusias Menyeru Kepada Tauhidullah. Inilah adab tertinggi kepada Allah sebagaimana yang ditugaskan kepada para Nabiyullah Alaihimusalaam sepanjang sejarah.

Sekian rangkuman pembelajaran minggu ini, Semoga bermanfaat
Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh

Febry di Sanga-sanga Kaltim
IP Samkabar
3119441561

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...